Hari, tanggal : Senin, 16 Nopember 2009
A. Tujuan :
Untuk mengetahui reaksi antara antigen dan antibodi.
B. Alat dan Bahan :
1. Alat :
• Objek glass - Tusuk gigi
• Pipet otomatis (20 µL) - Lampu Spiritus/Bunsen
• Ose - Mikroskop
2. Bahan :
- Serum
- Antigen ( Biakan bakteri Salmonella dan bakteri Treponema )
C. Cara Kerja :
• Uji Widal :
1. Ambil sebanyak 80 µL serum kemudian taruh di atas objek glass.
2. Ambil sebanyak 80 µL aquadest kemudian taruh di atas objek glass yang lainnya.
3. Dengan pipet otomatis diambil 15-20 µL antigen (Ag) kemudian diteteskan di atas serum yang telah
ditaruh pada objek glass. Lakukan hal yang sama pada aquadest.
4. Aduklah serum dengan antigen dengan tusuk gigi hingga homogen. Pada aquadest juga dilakukan hal yang
sama.
5. Campuran yang telah homogen kemudian diamati di bawah mikroskop.
• Uji VDRL ( Vinereal Disease Research Laboratory ) :
1. Ambil sebanyak 50 µL serum kemudian taruh di atas objek glass.
2. Ambil sebanyak 50 µL aquadest kemudian taruh di atas objek glass yang lainnya.
3. Dengan pipet otomatis diambil 15-20 µL antigen (Ag) kemudian diteteskan di atas serum yang telah
ditaruh pada objek glass. Lakukan hal yang sama pada aquadest.
4. Goyangkan serum dengan antigen selama 4 menit (180 Rpm) atau selama 8 menit (100 Rpm). Pada
aquadest juga dilakukan hal yang sama.
5. Campuran kemudian diamati di bawah mokroskop.
D. Hasil Pengamatan :
E. Pembahasan :
Uji Serologi dapat dilaksanakan melalui 2 cara yaitu :
1. Cara Cepat “Slide Test”
Cara cepat ada 2 macam :
a. Uji Widal
Widal atau uji Widal adalah prosedur uji serologi untuk mengetahui reaksi antibodi terhadap bakteri Salmonella berikut titernya.
Bahan yang digunakan : 80 µl serum + 1 tetes Ag (15-20 µL)
Adapun hasil yang dapat diamati yaitu :
Positif (+) Terjadi penggumpalan
Negatif (-) Homogen (tidak terjadi penggumpalan)
b. Uji VDRL ( Vinereal Disease Research Laboratory )
Digunakan untuk mengetahui reaksi antibodi terhadap bakteri Treponema berikut titernya.
Bahan yang digunakan : 50 µL serum + 1 tetes Ag (15-20 µL)
Adapun hasil yang dapat diamati yaitu :
Positif (+) Terjadi presipitasi
Negatif (-) Homogen/merata
2. Cara Tabung
Dilaksanakan pengenceran serum dalam tabung reaksi dan diinkubasi selama 1 malam (18-24 jam). Setelah 1 malam kemudian diamati hasilnya apakah terjadi aglutinasi/penggumpalan atau tidak.
F. Kesimpulan :
Uji Serologi dapat dilaksanakan melalui 2 cara yaitu :
1. Cara Cepat “Slide Test”
a. Uji Widal
b. Uji VDRL ( Vinereal Disease Research Laboratory )
2. Cara Tabung
Tes dinyatakan positif (+) apabila terjadi penggumpalan (aglutinasi) atau pengendapan (presipitasi). Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara antigen dan antibodi.
Tes dinyatakan negatif (-) apabila tidak terjadi penggumpalan (aglutinasi) atau pengendapan (presipitasi) dimana campuran bersifat homogen/merata. Hal ini menunjukkan tidak adanya reaksi antara antigen dengan antibodi.
UJI KEPEKAAN KUMAN
Hari, tanggal : Senin, 16 Nopember 2009
A.Tujuan :
Untuk mengetahui antibiotika yang paling poten dalam membunuh kuman penyebab infeksi
Untuk mengetahui keampuhan atau kekuatan antibiotika
Untuk mengetahui KHM (Konsentrasi Hambat Minimal) dan KBM (Konsentrasi Bakteriacid Minimal) antibiotika
B.Alat dan Bahan :
•Swab kapas
•Pinset kecil
•Kaldu BHI dalam tabung 2 mL
•Lempeng agar Mueller Hinton (MH)
•Cakram/disk antibiotika
•Biakan kuman Staphylococcus aureus, dan E. Coli
C.Cara Kerja
a.Cara Dilusi :
1.Buat serial pengenceran antibiotika dalam media biakan cair/Nutrient Broth dengan perbandingan konsentrasi yang berbeda-beda ( 64, 32, 16, 8, 4, 2, 1, 0,5, 0 ( µg/mL ) ).
2.Tambahkan 1 tetes suspensi kuman uji – 1 x 108 CF pada masing-masing media biakan.
3.Encerkan selama 1 malam (18-24 jam).
4.Baca terjadinya pertumbuhan kuman/kekeruhan.
b.Cara Difusi (Cakram) : Cara Kirby Bauer
1.Buat suspensi kuman uji kekeruhan MF 0,5 ( 1 x 108 CF ).
2.Dengan lidi/swab kapas steril suspensi dioleskan di lempeng agar secara merata.
3.Diambil disk antibiotika dengan pinset steril kemudian diletakkan/ditempelkan di atas lempeng agar yang telah diolesi kuman.
4.Inokulasi/eramkan lempeng agar tersebut dalam inkubator ( 35 - 37 oC ) selama 1 malam (18-24 jam).
5.Setelah 1 malam baca adanya zone hambat (ukur dalam mm).
6.Cocokkan dengan tabel kriteria zone hambat antibiotika.
D. Hasil Pengamatan :
E. Pembahasan :
Dari hasil pengamatan dengan cara Dilusi dapat diketahui bahwa KHM ( Konsentrasi Hambat Minimal ) dari antibiotika tersebut adalah pada konsentrasi 8 (µg/mL) dan KBM ( Konsentrasi Bakteriacid Minimal ) antibiotika tersebut adalah pada konsentrasi 16 (µg/mL).
Pada pengamatan dengan cara Difusi ( Disc/Cakram ) dapat dilihat bahwa Staphylococcus dan E.coli memiliki sifat yang sangat sensitif terhadap antibiotika Ceprofloxacim (CIP). Hal ini dapat dilihat dari besarnya diameter zona hambat yang dihasilkan oleh antibiotika tersebut merupakan diameter yang terbesar dari antibiotika-antibiotika yang lain.
F. Kesimpulan :
Dari kedua cara tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Cara Delusi dapat digunakan untuk mengetahui KHM ( Konsentrasi Hambat Minimal ) serta KBM ( Konsentrasi Bakteriacid Minimal ) dari suatu antibiotika yang juga secara otomatis menunjukkan kepekaan kuman terhadap antibiotika tersebut.
Dalam cara Difusi ( Disc/Cakram ), diameter zona hambat menunjukkan sensitifitas (kepekaan) kuman terhadap suatu antibiotika.
Cara Difusi ( Disc/Cakram ) lebih praktis dari cara Delusi karena pada cara Cara Difusi dengan hanya menggunakan 1 Disc/Cakram dapat digunakan untuk mengetahui kepekaan kuman terhadap berbagai jenis Antibiotika. Sedangkan bila menggunakan cara Delusi memerlukan banyak atau lebih dari 1 tabung untuk untuk mengetahui kepekaan kuman terhadap berbagai jenis Antibiotika.
0 Komentar:
Posting Komentar