Syncope adalah suatu istilah umum
yang menggambarkan hilangnya kesadaran seseorang yang terjadi tiba-tiba dan bersifat
sementara. Ada beberapa sinonim untuk syncope yaitu: benign faint, simple
faint, neurogenic syncope, psychogenic syncope, vasovagal syncope, dan vasodepressor
syncope.
Menurut Malamed istilah vasodepressor
syncope adalah istilah yang paling deskriptif dan akurat untuk menggambarkan kondisi
yang terjadi. Vasodepressor syncope adalah suatu kegawatdaruratan medik yang
paling sering dijumpai di tempat praktek dokter gigi, di mana penderita mengalami
penurunan atau kehilangan kesadaran secara tiba-tiba dan bersifat sementara akibat
tidak adekuatnya cerebral blood flow. Hal ini disebabkan karena terjadinya vasodilatasi
dan bradikardi secara mendadak sehingga menimbulkan hipotensi.
Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya
vasodepressor syncope dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: faktor-faktor psikogenik
dan non-psikogenik. Yang termasuk faktor-faktor psikogenik adalah: rasa takut, tegang,
stress emosional, rasa nyeri hebat yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga
dan rasa ngeri melihat darah atau peralatan kedokteran seperti jarum suntik. Faktor-faktor
non-psikogenik meliputi: posisi duduk tegak, rasa lapar, kondisi fisik yang jelek,
dan lingkungan yang panas, lembab dan padat.
Vasodepressor syncope dapat terjadi
di mana saja dan kapan saja, tak terkecuali di tempat praktek dokter gigi. Prosedur
perawatan gigi sering menyebabkan penderita mengalami stres psikis terutama pada
individu yang belum pernah ke dokter gigi atau pada mereka yang mempunyai pengalaman
tidak menyenangkan dengan perawatan gigi sebelumnya. Serangan vasodepressor seringkali
ditandai dengan hilangnya kesadaran penderita secara mendadak sebelum, selama atau
setelah tindakan anestesi lokal. Hilangnya kesadaran penderita dapat menimbulkan
kepanikan pada tenaga medis dan paramedis yang terlibat, terutama bila mereka tidak
terlatih di dalam penanganan kegawatdaruratan medik. Meskipun pada umumnya berlangsung
sementara dan self limiting, tetapi bila penanganannya tidak tepat vasodepressor
syncope dapat berlangsung lama dan menimbulkan morbiditas penderita yang tidak ringan.
Dalam artikel ini dilaporkan suatu kasus vasodepressor syncope yang terjadi saat
perawatan gigi yang ditandai dengan gejala klinis yang befrat dan kompleks dan membutuhkan
waktu pemulihan yang cukup lama. Dengan membaca artikel ini diharapkan para pembaca
akan mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang vasodepressor syncope sehingga
nantinya akan mampu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya
vasodepressor syncope selama perawatan gigi, sekaligus akan mampu melakukan penanganan
dengan benar apabila terjadi kasus vasodepressor syncope.
Vasodepressor syncope merupakan kegawatdaruratan
medik yang paling sering terjadi di tempat praktek dokter gigi yang dapat muncul
selama prosedur pencabutan gigi, pembedahan, injeksi anestesi lokal, atau bahkan
saat penderita duduk dalam posisi tegak sebelum ada tindakan perawatan giginya sama
sekali. Vasodepressor syncope paling sering terjadi pada penderita dewasa
muda usia 16-35 tahun. Pada suatu penelitian retrospektif didapatkan usia
rata-rata 35.5 tahun. Insidensi vasodepressor syncope lebih tinggi pada penderita
lakilaki dibandingkan wanita. Penderita laki-laki cenderung berusaha untuk menutupi
rasa takut, nyeri dan stres nya selama prosedur perawatan gigi sehingga mereka akan
lebih mudah mengalami reaksi syncope dibandingkan dengan penderita wanita yang pada
umumnya lebih terbuka kepada dokter giginya.
Patofisiologi terjadinya vasodepressor
syncope dapat dijelaskan sebagai berikut. Faktor-faktor psikogenik seperti perasaan
takut, ngeri atau rasa nyeri yang hebat akan menyebabkan peningkatan aktifitas nervus
vagus pada jantung dan pembuluh darah perifer sehingga mengakibatkan bradikardi
dan vasodilatasi sistemik. Hal ini akan menyebabkan terjadinya hipotensi secara
mendadak, hipotensi tersebut akan menyebabkan penurunan cerebral blood flow yang
ditandai dengan munculnya keluhan-keluhan berupa: pandangan gelap, perasaan mau
pingsan, dan mual (nausea). Terjadinya hipotensi akan merangsang reflex simpatis
berupa takikardi dan vasokonstriksi perifer yang secara klinis dideteksi sebagai
peningkatan denyut nadi dan keringat dingin pada akral atau ekstremitas atas.
0 Komentar:
Posting Komentar