Asma merupakan gangguan keradangan kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Keradangan kronik menyebabkan peningkatan kepekaan jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (wheezing), sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam hari dan dini hari (Utomo, 2012).
Pada tahun 1996 secara tidak sengaja, pasien yang menjalani perawatan pembersihan karang gigi melaporkan, dalam beberapa jam setelah perawatan, gejala vertigo hilang. Sejak saat itu sebelum melakukan pembersihan karang gigi pasien ditanya apakah pernah menderita vertigo, migren dan sebagainya. Ternyata setelah pembersihan karang gigi, berbagai gejala penyakit lain seperti nyeri haid, tangan kesemutan, pilek (rinitis) dan sulit tidur nyenyak berkurang bahkan hilang. Pada pasien anak usia 7 tahun dengan gejala sinusitis, tindakan pembersihan karang gigi manual sangat efisien mengurangi hidung buntu dalam hitungan menit dan pasien berhasil buang ingus yang sebelumnya sangat sulit. Setelah itu gejala klinis sinusitis jauh berkurang (Utomo, 2012).
Terapi ini pertama dilaporkan dengan nama terapi assisted drainage (Utomo, 2006). Dibandingkan dengan pembersihan karang gigi dengan alat elektrik berpendingin air, terapi manual lebih efektif karena tidak ada pendinginan yang justru mengurangi pelebaran pembuluh darah kapiler. Terapi assisted drainage resmi dinyatakan sebagai temuan baru di bidang kedokteran gigi yang dapat memperbaiki gejala kelainan organ tubuh lain (sistemik), khususnya reaksi asma alergi (Utomo, 2009). Prinsip utamanya adalah bahwa gusi rahang atas mempunyai persarafan yang sama dengan hidung; juga berhubungan dengan ganglion sphenopalatina (SPG), ganglion parasimpatis yang mengatur tonus hidung. Gingivitis kronis menyebabkan keradangan menjalar lewat jaringan saraf, selain itu ada interaksi sel imun dan jaringan saraf yang disebut mekanisme neurogenic switching (Meggs, 1997) atau mast cell-nerve interaction (Van Der Kleij, 2002).; akibatnya radang menjalar ke rongga hidung.
Terapi ini mengurangi gingivitis, juga mengurangi gejala hidung buntu karena radang pada organ dengan persarafan sama juga berkurang. Akibatnya hidung menjadi lega dan gejala asma alergi yang terkait radang hidung juga berkurang, konsep ini sesuai dengan terapi “one airway-one disease”. Selain itu, hasil uji faal paru penderita asma alergi yang kurang baik berkorelasi kuat dengan banyaknya plak gigi; sehingga sangat mungkin plak gigi berhubungan dengan keparahan asma. Oleh karena itu pembersihan plak gigi diperkirakan dapat membantu mengurangi gejala asma (Utomo, 2012).
Assisted drainage menyebabkan darah keluar secara pasif karena masase saku gusi selama 3 menit akan menimbulkan peningkatan suhu lokal. Suhu yang meningkat akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga pada pembuluh darah yang sudah terjadi perubahan permeabilitas dan lebih ”fragile” menimbulkan aliran darah keluar. Darah yang keluar mengandung sel radang, bahan kimia penyebab radang dan produk bakteri plak gigi antara lain toksin dan enzim. Kejadian ini dalam jangka pendek, dalam hitungan menit memutuskan ”lingkaran setan” reaksi sel imun dengan sel saraf lokal. Perbaikan ini lambat laun akan menjalar ke jaringan saraf yang lebih jauh, antara lain ke rongga hidung, sehingga melegakan hidung (Utomo, 2012).
Dalam jangka panjang, dalam hitungan hari akan mengurangi jumlah sel mast dan basofil yang berperan pada reaksi alergi karena sel-sel tersebut bila teraktivasi juga mengeluarkan bahan yang dapat membuat umur sel lebih lama karena apoptosis berkurang dan lebih cepat berproliferasi (Utomo dan Harsono, 2009). Apabila IgE yang sangat berperan dalam reaksi alergi melekat pada sel mast atau basofil maka half life degradasi adalah 21 hari, sebaliknya bila tidak melekat atau bebas, hanya 1-2 hari. Dapat disimpulkan menurut konsep ini terapi assisted drainage dapat mengurangi gejala alergi dengan mengurangi IgE (Utomo dan Harsono, 2009).
0 Komentar:
Posting Komentar