Dalam perkembangan dan pertumbuhannya, banyak
anak memiliki kebiasaan tertentu dalam berperilaku. Ada kebiasaan yang bersifat
sementara, tetapi ada juga kebiasaan yang tidak mudah dihilangkan.
Beberapa kebiasaan anak harus tetap diperhatikan
karena dapat bertahan lama bila tidak ditangani segera, bahkan akan mengganggu
fungsi optimal anak, dimana dapat mengakibatkan interaksi sosial negatif
misalnya dihindari oleh teman-teman dan anggota keluarga. Kebiasaan buruk yang
bertahan selama perkembangan anak, menyebabkan gangguan pada perkembangan
struktur mulut seperti maloklusi. Maloklusi bukan penyakit, melainkan keadaan
morfologi yang menyimpang dari oklusi normal dan standar estetika pada kelompok
etnik tertentu.
Ada beberapa macam kebiasaan buruk pada anak, di
antaranya adalah mengisap ibu jari atau jari tangan (thumb or finger sucking), mengisap bibir atau menggigit bibir (lip sucking or lip biting), mengisap
botol susu (bottle sucking), menjulurkan
lidah (tongue thrusting), bernafas
melalui mulut (mouth breathing), dan bruksisme
(bruxism).
Kebiasaan dapat timbul sebagai suatu cara bagi
anak untuk tetap menyibukkan diri bila merasakan sesuatu yang kurang
menyenangkan baginya. Tetapi pada sebagian besar anak, kebiasaan tersebut
biasanya dilakukan untuk menenangkan diri ketika ia merasa tertekan, sedang
stres, bosan, lelah, frustasi dan tidak nyaman ataupun saat ia sedang tertidur
lelap.
Kebiasaan abnormal dapat mempengaruhi
pertumbuhan yang normal dari rahang, mengganggu pertumbuhan cranial, dan
fisiologi oklusi. Pola kebiasaan dapat mengganggu otot yang terkait dengan
pertumbuhan tulang yang salah, gigi malposisi, cara bernafas yang salah,
gangguan berbicara, gangguan otot-otot wajah dan psikologis. Kebiasaan seperti
mengisap ibu jari, menggigit bibir, menjulurkan lidah di antara gigi-gigi,
bernafas melalui mulut, dan bruxism merupakan kebiasaan yang dapat menimbulkan
terjadinya anomali letak gigi dan hubungan rahang. Kebiasaan ini harus segera
dihentikan apabila gigi permanen pertama sudah nampak erupsi di mulut.
Aktivitas orofasial yang abnormal merupakan penyebab maloklusi yang paling
sering ditemui.
0 Komentar:
Posting Komentar