UKGS INOVATIF DENGAN METODE IRENE’S DONUT PADA MURID
KELAS 3A SD NO. 1 KUKUH, PUSKESMAS MARGA II, TABANAN
KELAS 3A SD NO. 1 KUKUH, PUSKESMAS MARGA II, TABANAN
ABSTRAK
Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan rongga mulut. Hal tersebut dapat dilihat dari ada tidaknya deposit-deposit organik, seperti pelikel, materi alba, sisa makanan, kalkulus, dan plak gigi. Plak merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Belakangan diketahui bahwa penyebab utama terjadinya karies adalah plak gigi. Mengetahui penyebab terjadinya gigi berlubang (karies) merupakan hal penting agar mengerti bagaimana cara melakukan pencegahannya.
UKGS adalah upaya kesehatan gigi sekolah yang ditujukan bagi anak usia sekolah dari tingkat pelayanan promotif, promotif-preventif, hingga pelayanan paripurna. Salah satu metode dalam pelaksanaan UKGS Inovatif adalah dengan program Irene’s Donut. Irene’s Donut adalah program komputer yang memberdayakan peran orang tua dalam mencegah risiko gigi berlubang pada anak. Gigi berlubang pada anak dapat dicegah dengan peran serta dari orang tua. Pencegahan gigi berlubang pada anak dapat dilakukan apabila bisa menjaga lingkungan mulut agar tidak asam, yakni : dengan mengurangi minum softdrink dan mengurangi makan makanan yang manis dan lengket, serta mengusahakan agar anak tidak mengemut atau mengulum makanan. Selain itu, ada terapi remineralisasi untuk mengembalikan gigi yang sudah hampir berlubang menjadi sehat. Jadi kalau mereka menemukan ada gigi anak yang sudah mengalami demineralisasi atau mineralnya lepas, mereka langsung bisa memberikan terapi remineralisasi sehingga gigi tersebut tidak perlu lubang. Peran inilah yang dapat diambil orang tua untuk dilakukan di rumah. Pada umumnya, banyak orang yang kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya, terutama pada anak-anak usia Sekolah Dasar, sehingga rentan terhadap timbulnya gigi berlubang (karies). Dalam penelitian ini Irene’s Donut digunakan untuk mengetahui risiko terjadinya gigi berlubang pada murid kelas 3A SD No. 1 Kukuh yang berada di wilayah kerja Puskesmas Marga II Tabanan.
UKGS adalah upaya kesehatan gigi sekolah yang ditujukan bagi anak usia sekolah dari tingkat pelayanan promotif, promotif-preventif, hingga pelayanan paripurna. Salah satu metode dalam pelaksanaan UKGS Inovatif adalah dengan program Irene’s Donut. Irene’s Donut adalah program komputer yang memberdayakan peran orang tua dalam mencegah risiko gigi berlubang pada anak. Gigi berlubang pada anak dapat dicegah dengan peran serta dari orang tua. Pencegahan gigi berlubang pada anak dapat dilakukan apabila bisa menjaga lingkungan mulut agar tidak asam, yakni : dengan mengurangi minum softdrink dan mengurangi makan makanan yang manis dan lengket, serta mengusahakan agar anak tidak mengemut atau mengulum makanan. Selain itu, ada terapi remineralisasi untuk mengembalikan gigi yang sudah hampir berlubang menjadi sehat. Jadi kalau mereka menemukan ada gigi anak yang sudah mengalami demineralisasi atau mineralnya lepas, mereka langsung bisa memberikan terapi remineralisasi sehingga gigi tersebut tidak perlu lubang. Peran inilah yang dapat diambil orang tua untuk dilakukan di rumah. Pada umumnya, banyak orang yang kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya, terutama pada anak-anak usia Sekolah Dasar, sehingga rentan terhadap timbulnya gigi berlubang (karies). Dalam penelitian ini Irene’s Donut digunakan untuk mengetahui risiko terjadinya gigi berlubang pada murid kelas 3A SD No. 1 Kukuh yang berada di wilayah kerja Puskesmas Marga II Tabanan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mulut merupakan suatu tempat yang sangat ideal bagi perkembangan bakteri. Bila tidak dibersihkan dengan sempurna, sisa makanan yang terselip bersama bakteri akan tetap melekat pada gigi kita dan akan bertambah banyak dan membentuk koloni yang disebut plak, yaitu lapisan film tipis, lengket, dan tidak berwarna. Plak merupakan tempat pertumbuhan ideal bagi bakteri yang dapat memproduksi asam. Jika tidak disingkirkan dengan melakukan penyikatan gigi, asam tersebut akhirnya akan menghancurkan email gigi dan akhirnya menyebabkan gigi berlubang (karies).
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan ataupun minuman yang kariogenik. Makanan yang kariogenik adalah makanan yang lengket menempel di gigi seperti gula-gula (permen) dan coklat. Sekarang ini banyak dijumpai makanan kariogenik yang dijual di pasaran dan sudah sampai pelosok desa. Makanan ini sangat digemari anak, sehingga perlu lebih diperhatikan pengaruh substrat karbohidarat kariogenik dengan kejadian karies gigi (John Besford, 1996).
Sebanyak 89% anak di Indonesia di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut terutama karies. Karies akan berpengaruh pada derajat kesehatan mereka, proses tumbuh kembang bahkan masa depan mereka. Efeknya bagi anak-anak sangat besar. Dari gigi yang tidak sehat, dapat menurunkan selera makan anak sehingga bisa timbul kekurangan gizi yang dapat mengakibatkan hilangnya masa depan anak. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka akan turun sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar. Anak pun akan enggan beraktivitas fisik. Masalah gigi memang tidak masuk dalam daftar penyakit mematikan. Kondisi inilah yang membuat sebagian masyarakat mengesampingkan upaya mencegah bahkan juga mengobati penyakit gigi dan mulut (http://www.pdgi-online.com).
Apabila masalah karies dibiarkan dan kecenderungan peningkatannya di masa mendatang tidak dicegah, dampaknya akan sangat merugikan seluruh masyarakat. Akibat penyakit karies antara lain : rasa sakit, gangguan fungsi kunyah yang menghambat konsumsi makanan atau nutrisi, gangguan kenyamanan berupa gangguan tidur, dan gangguan konsentrasi belajar. (Cermin Dunia Kedokteran No. 113, 1996)
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui risiko terjadinya gigi berlubang atau karies pada murid kelas 3A di SD No. 1 Kukuh yang berada di wilayah kerja Puskesmas Marga II Tabanan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul adalah “ Berapakah kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang atau karies pada murid kelas 3A di SD No. 1 Kukuh yang berada di wilayah kerja Puskesmas Marga II Tabanan? ”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui risiko terjadinya gigi berlubang atau karies pada murid kelas 3A di SD No. 1 Kukuh yang berada di wilayah kerja Puskesmas Marga II Tabanan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab risiko terjadinya gigi berlubang atau karies pada murid kelas 3A di SD No. 1 Kukuh.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui risiko terjadinya gigi berlubang atau karies pada murid kelas 3A di SD No. 1 Kukuh yang berada di wilayah kerja Puskesmas Marga II Tabanan.
2. Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya gigi berlubang atau karies pada murid kelas 3A di SD No. 1 Kukuh.
3. Dapat memberikan informasi risiko terjadinya gigi berlubang atau karies pada murid kelas 3A di SD No. 1 Kukuh kepada petugas kesehatan gigi di Puskesmas Marga II Tabanan, sehingga nantinya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut terhadap SD No. 1 Kukuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plak
2.1.1 Pengertian Plak
Plak gigi adalah lapisan lembut yang terbentuk dari campuran antara makrofag, leukosit, enzim, komponen anorganik, matriks ekstraseluler, epitel rongga mulut yang mengalami deskuamasi, sisa-sisa makanan serta bakteri yang melekat di permukaan gigi. Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri dari genus Streptococcus, yaitu bakteri Streptococcus mutans yang ditemukan dalam jumlah besar pada penderita karies. Bakteri Streptococcus mutans memiliki enzim glikosiltransferase yang dapat mengubah sakarosa saliva menjadi polisakarida ekstraseluler (PSE) melalui proses glikosilasi. Polisakarida ekstraseluler ini akan membentuk suatu matriks di dalam plak dimana bakteri dapat melekat (Kidd-Bechal, 1992).
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan tebentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang besih dilapisi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan tebentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi. Bakteri yang mula-mula menghuni pelikel terutama yang terbentuk kokus. Yang paling banyak adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstra sel yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri yang lain (Kidd-Bechal, 1992).
Secara klinis, plak sering melekat dan menumpuk pada permukaan gigi dan benda lain yang terdapat dalam rongga mulut seperti tumpatan, gigi tiruan maupun kalkulus. Dalam bentuk lapisan tipis, plak pada umumnya tidak terlihat dan dapat dilihat dengan bantuan disclosing agent. Bila plak sudah menumpuk berupa lapisan yang tebal, plak terlihat sebagai deposit yang berwarna kekuningan atau keabu-abuan. Plak jarang terbentuk pada permukaan oklusal gigi kecuali jika gigi tersebut tidak berfungsi sehingga dapat terbentuk deposit yang luas sampai ke oklusal (Interdental Jurnal Kedokteran Gigi, 2007).
Belakangan diketahui bahwa penyebab utama terjadinya karies adalah plak gigi. Oleh karena itu, kawasan gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat mungkin terserang karies seperti permukaan pit dan fisur pada permukaan oklusal, permukaan yang halus, dan akar yang terbuka. Dibutuhkan waktu minimum bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada plak gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri. Karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun (Kidd-Bechal, 1992).
2.1.2 Bahaya Plak
Plak mengandung kuman. Kuman dalam plak dapat menghasilkan zat asam dan zat racun. Zat asam yang dihasilkan plak inilah yang akan mengikis mineral- mineral yang terdapat di gigi (demineralisasi). Karena mineral- mineral gigi tersebut terkikis, akibatnya gigi menjadi rapuh dah akhirnya berlubang. Kuman yang juga terdapat dalam plak akan terus menggerogoti gigi tersebut sampai akhirnya lubang semakain dalam dan semakin dalam lagi. Apabila tidak ditindak lanjuti, lubang tersebut akan semakin dalam dan akan mencapai pusat hidupan gigi yaitu jaringan pulpa. Apabila jaringan pulpa sudah terinfeksi dan tidak ditindaklanjuti akhirnya gigi tersebut akan mati (tinggal tersisa akar gigi saja).
Sedangkan zat racun yang juga dihasilkan plak, dapat menyebabkan radang gusi. Penumpukan plak pertama akan terjadi disela-sela gigi diatas gusi. Ini juga sangat merugikan, karena radang gusi tersebut bias bertambah parah dengan adanya gusi berdarah atau gusi bernanah.
2.1.3 Pengendalian Plak
Pengendalian plak adalah upaya membuang dan mencegah penumpukan plak pada permukaan gigi. Upaya tersebut dapat dilakukan secara mekanis maupun kimiawi. Pembuangan secara mekanis merupakan metoda yang efektif dalam mengendalikan plak dan inflamasi gingival. Pembuangan mekanis dapat meliputi penyikatan gigi dan penggunaan benang gigi. Pada anak, penyikatan gigi dan penggunaan benang gigi sering kali tidak memberikan hasil yang maksimal karena kurangnya keterampilan anak. Hal tersebut dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan gusi. Oleh karena itu, bahan kimia seperti pasta gigi dapat dipergunakan sebagai sarana penunjang pengendalian plak. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan gusi.
Lapisan plak dapat dibersihkan dengan cara sikat gigi. Apabila dilakukan pembersihan gigi secara teratur dua kali sehari dengan mengunakan sikat gigi dan pasta gigi yang baik, dan tentu saja dengan cara yang benar, mak akan terhindar dari penumpukan plak (gigi berlubang dan radang gusi).
2.2 Gigi Berlubang (Karies)
Kelainan pada gigi-geligi yang sering terjadi pada anak adalah gigi berlubang. Anak-anak yang datang berkunjung ke dokter gigi biasanya giginya sudah mengalami kerusakan yang amat parah, gigi berlubang yang sangat besar sekali, bengkak, bahkan ada yang ompong (Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA., 2005).
Proses terjadinya lubang pada gigi dipengaruhi oleh 4 faktor penyebab utama yang terjadi dalam waktu bersamaan (Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA., 2005) :
1. Bakteri, terdapat pada gigi. Secara normal bakteri ada dan diperlukan di rongga mulut, tetapi apabila terdapat sisa makanan yang melekat terus di gigi dapat menjadi penyebab terjadinya lubang gigi.
2. Sisa makanan, terutama golongan karbohidrat seperti gula, roti, atau makanan sejenis lemak lainnya yang lengket pada gigi. Sisa makanan yang melekat terus pada gigi dapat diubah oleh kuman menjadi asam yang melarutkan email gigi sehingga terjadi lubang gigi.
3. Gigi, dengan bentuk anatomi yang berlekuk kadang-kadang sulit untuk dibersihkan secara sempurna dan dapat mempercepat proses lubang gigi.
4. Waktu, dari ketiga faktor di atas memerlukan proses dalam beberapa waktu yang bersamaan.
Lubang gigi memiliki kedalaman dan besar yang berbeda-beda. Adapun derajat keparahannya dikelompokkan menjadi (Eriska Riyanti, drg., Sp. KGA., 2005) :
1. Lubang pada email, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang berasal dari makanan atau minuman yang dingin terasa linu. Apabila rasa linu sudah muncul hendaknya segera ke dokter gigi agar dapat dilakukan penambalan.
2. Lubang sampai dentin, ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan. Apabila makanan diangkat maka akan berkurang rasa sakitnya.
3. Lubang sampai syaraf gigi, gigi terasa sakit terus-menerus sifatnya tiba-tiba atau muncul dengan sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit. Hendaknya segera datang ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan syaraf gigi. Perawatan syaraf gigi membutuhkan beberapa kali kunjungan, sampai hilangnya infeksi dan setelah perawatan syaraf selesai baru dilakukan penambalan.
4. Tipe gigi berlubang akibat meminum susu. Pemberian susu botol di malam hari (di sela-sela waktu tidur) dan pemberian yang melebihi usia 12 bulan sering menimbulkan gigi berlubang. Tanda-tanda gigi yang terkena adalah terlihat pada bagian depan gigi depan atas, terlihat warna kecoklatan sampai hitam dan dapat meluas sampai ke gigi belakang. Karies botol dapat dicegah dengan cara tidak memberikan air susu di tengah tidur malam, dan selalu bilas dengan air putih, biasakan anak minum susu di gelas sejak anak berulang tahun kesatu, pemberian jus buah-buahan hendaknya menggunakan gelas, selalu memperhatikan kebersihan rongga mulut.
2.3 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
2.3.1 Pengertian
UKGS adalah upaya kesehatan gigi sekolah yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah dari tingkat pelayanan promotif, promotif-preventif, hingga pelayanan paripurna. UKGS menurut Depkes RI adalah bagian integral dari UKS yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, pada para siswa, terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal.
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang telah berdiri sejak tahun 1951 merupakan suatu kegiatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan upaya penanggulangan penyakit gigi dan mulut. Hal ini disebabkan karena kegiatanya diarahkan kepada penanaman kebiasaan pelihara diri kesehatan gigi sejak dini.
2.3.2 Tujuan
Tujuan UKGS yaitu :
1. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak-anak sekolah dengan jalan mengadakan usaha preventif dan promotif.
2. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan mulut (oral hygiene).
3. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar itu mau memelihara kebersihan mulutnya di rumah (habit formation).
4. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak-anak sekolah dasar dengan menjalankan usaha kuratif apabila usaha prevensi gagal melalui sistem selektif.
5. Meningkatkan kesadaran kesehatan gigi dengan suatu sistem pembiayaan yang bersifat praupaya (prepayment system).
2.3.3 Sasaran
UKGS di lingkungan Sekolah Dasar Tingkat (SDT) mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar (6-14 tahun) sampai usia 18 tahun. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan pada anak usia sekolah agar mendapatkan generasi yang sehat dan bangsa yang kuat.
Dalam wilayah kerja Puskesmas, program UKGS harus meliputi sasaran sabagai berikut :
1. 100% SD melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi masal.
3. Minimal 50% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan (care on demand).
4. Minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas kebutuhan perawatan (treatment need).
2.3.4 Fasilitas dan Peralatan
Fasilitas dan peralatan perlu juga diperhatikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tempat dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Alat bantu pelaksanaan UKGS dapat berupa poster mengenai bentuk gigi, gambar-gambar dan alat-alat peraga yang menarik seperti model gigi, sikat gigi dan lain-lainnya sehingga penyuluhan itu tidak berkesan membosankan.
2.3.5 Tenaga Pelaksana
UKGS dijalankan oleh tim kesehatan gigi dan mulut seperti dokter gigi, perawat gigi, dan dibantu oleh wakil masyarakat sekolah yaitu kepala sekolah, guru kelas dan orang tua murid. Tim kesehatan gigi dan mulut sebagai tenaga inti dalam pelaksanaan UKGS. Kerjasama dengan kepala sekolah sangat diperlukan karena kegiatan UKGS dilaksanakan pada jam-jam sekolah dan seharusnya sudah dijadwalkan pada awal tahun pelajaran. Peran serta guru kelas dan kepala sekolah besar artinya dalam keberhasilan UKGS tersebut.
2.3.6 Pelaksanaan
Pelaksanaan program UKGS dapat melalui upaya promotif dan preventif. Upaya promotif lebih diarahkan pada pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Upaya ini biasanya dilakukan oleh guru setelah guru sekolah memperoleh pegangan/pedoman hasil dari penataran, mereka dapat menjalankan program penerangan pendidikan kesehatan gigi dengan jalan memasukkan pelajaran tentang kesehatan gigi dan mulut. Upaya preventif meliputi upaya pembersihan karang gigi, sikat gigi massal dan pemberian fluor. Pembersihan karang gigi dilakukan secara selektif kepada anak-anak yang membutuhkan.
Usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid-murid sekolah, antara lain melalui program UKGS untuk mencegah atau mengurangi karies gigi atau penyakit gigi lainnya.
Program ini meliputi pencegahan penyakit gigi dan perawatan, yaitu :
1. Pemeriksaan teratur.
2. Diagnosa untuk menentukan perawatan apa yang diperlukan.
3. Pembersihan rongga mulut.
4. Pemberian pendidikan kesehatan gigi di klinik.
5. Mempelajari cara memelihara kebersihan mulut.
6. Pengulasan Fluor untuk mencegah kerusakan gigi.
7. Pencabutan gigi susu dengan Chlor Acethyl.
8. Penambalan gigi tetap dengan amalgam.
2.4 Sekilas Tentang Irene’s Donut
Software (perangkat lunak/program) komputer Irene’s Donut merupakan software baru yang dibuat berdasarkan penelitian Disertasi S3 Dr. drg. Irene Adyatmaka yang melibatkan 2.568 murid TK dan orangtuanya. Pengembangan dari Disertasi yang berjudul “Simulator Risiko Karies Gigi untuk Anak Prasekolah” ini mendapat dukungan penuh dari : FKG Universitas Indonesia, CHAMPS FKM UI, dikti DEPDIKNAS, YanMed DEPKES, BPK PENABUR Jakarta, PARTNERSIS, dan GC Asia Dental Pte Ltd. Adapun programmer dari software Irene’s Donut adalah Brigitta Witjara, S. Kom. MM., dengan kontributor drg. Andreas Adyatmaka, MSc., Dr. Adang Bachtiar, MPH. Scd., dan Dr. drg. Henry Setyawan, MS. Sedangkan untuk koleksi gambar gigi adalah dr. drg. Irene Adyatmaka.
Software komputer Irene’s Donut yang telah diterapkan di BPK PENABUR Jakarta ini memberdayakan peran orang tua dalam mencegah risiko gigi berlubang pada anak. Dalam software, ditampilkan 15 pertanyaan faktor risiko gigi berlubang pada anak yang akan dijawab orang tua. Dari hasil jawaban, maka akan keluar perkiraan besarnya risiko gigi berlubang pada anak itu. Orang tua pun menjadi tahu bahwa perlakuan tertentu pada anak mereka akan menyebabkan besarnya risiko gigi berlubang pada anak. Kemudian orang tua diminta berkomitmen hal-hal apa yang akan dilakukan agar mencegah gigi berlubang pada anak di masa yang akan datang. Hasilnya, dari software akan keluar secara otomatis perkiraan baru risiko gigi berlubang pada anak dan hal-hal apa yang harus dilakukan orang tua. Nasihat dan terapinya akan berbeda untuk setiap orang tua dan anak.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survei.
3.1.2 Variabel
Adapun variabel dari penelitian ini adalah risiko gigi berlubang (karies).
3.1.3 Definisi Operasional
Risiko gigi berlubang (karies) adalah kemungkinan terjadinya gigi yang berlubang (karies).
3.1.4 Alat dan Bahan
A. Alat :
Alat yang digunakan pada saat melakukan penelitian adalah :
- Plak Cek
- Alat tulis.
B. Bahan :
Bahan-bahan yang diperlukan adalah :
- Larutan penguji keasaman plak
- Handscone
- Masker
3.1.5 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua murid kelas 3A SD No. 1
Populasi dari penelitian ini adalah semua murid kelas 3A SD No. 1
Kukuh.
3.1.6 Sampel
d. Sampel 4
e. Sampel 5
BAB V
3.1.6 Sampel
A. Besar Sampel
Besar sampel yang diteliti adalah murid SD No. 1 Kukuh kelas 3A sebanyak 10 orang.
3.1.6 Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan pada hari Rabu, 25 Agustus 2010 di rumah orang tua masing-masing murid sampel penelitian
.
3.1.7 Jalannya Penelitian
a. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
b. Melakukan kunjungan ke masing-masing rumah orang tua murid yang dijadikan sampel penelitian.
c. Melakukan wawancara/tanya jawab dengan murid dan orang tua atau anggota keluarga murid seputar pertanyaan yang ada dalam Irene’s Donut.
d. Dilakukan pengambilan sampel plak pada gigi murid dengan Plak Cek.
e. Sampel plak dicelupkan ke dalam larutan penguji keasaman, ditunggu selama 5 menit dan diamati terjadinya perubahan warna.
f. Keseluruhan data yang telah diperoleh dicatat dan selanjutnya dimasukkan ke dalam program Irene’s Donut untuk mengetahui hasilnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Adapun nama-nama dari murid dan orang tua murid kelas 3A SD No. 1 Kukuh yang menjadi sampel penelitian dicatat dalam bentuk tabel di bawah ini :
Tabel 1. Nama-Nama Murid dan Orang Tua Murid Sampel Penelitian
No
|
Nama Murid
|
Nama Orang Tua Murid
|
1
|
Bagus Eksama Putra
|
I Gusti Bagus Surama
|
2
|
I Putu Agus Candra Eka Yadnya
|
I Ketut Sukayadnya
|
3
|
Gusti Ngurah Bagus Dwi Lingga D.
|
Gusti Ayu Erawati
|
4
|
Surya Damayanti
|
Ketut Ariana Putra
|
5
|
Ni Gusti Ayu Mirah Putricia
|
I Gusti Made Suniata
|
6
|
Noviana Putri
|
Ni Komang Sadri
|
7
|
I Gusti Bagus Dody Ariawan
|
I Gusti Putu April Liawan
|
8
|
Surya Adi Pratama
|
I Wayan Sukana
|
9
|
Ni Gusti Ayu Trisna Agustina
|
Ni Gusti Ayu Budi Artini
|
10
|
George Fernanda
|
I Nyoman Syukur Hady
|
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Wawancara dengan Murid dan Orang Tua Murid
No
|
Pertanyaan
|
Sampel
| |||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
| ||
1
|
Anak suka minum softdrink
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
2
|
Anak minum susu:
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
3
|
Anak minum susu menggunakan botol:
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
4
|
Anak suka makan permen
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
5
|
Anak suka mengemut makanan
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
6
|
Garis kehitaman pada gigi belakang anak
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
7
|
Bercak putih pada permukaan gigi anak
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
8
|
Tingkat keasaman kuman:
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
9
|
Pendidikan terakhir orang tua sarjana
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
Umur orang tua:
|
a
|
b
|
a
|
a
|
b
|
a
|
a
|
a
|
a
|
a
|
11
|
Lama anak diberikan ASI:
|
b
|
b
|
a
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
12
|
Umur anak:
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
13
|
Yang mengasuh anak:
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
b
|
14
|
Gigi berlubang mempengaruhi selera makan anak
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
15
|
Gigi berlubang karena malas menggosok gigi
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
16
|
Gigi berlubang mempengaruhi tumbuh kembang anak
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
17
|
Minum softdrink menyebabkan gigi berlubang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
18
|
Orang tua pernah atau rutin memeriksa gigi anak
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
19
|
Orang tua membantu anak menggosok gigi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
20
|
Ada gigi yang berlubang pada anak
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
Keterangan :
+ = Ya/Ada/Setuju
- = Tidak/Tidak ada/Tidak setuju
+ = Ya/Ada/Setuju
- = Tidak/Tidak ada/Tidak setuju
Pembahasan
a. Sampel 1
Nama Anak : Bagus Eksama Putra
Kelas : 3A
Nama Bapak : I Gusti Bagus Surama
Dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan Bagus Eksama Putra, maka kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang adalah 90,69%.
Dengan melihat hasil yang sangat tinggi kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang pada Bagus Eksama Putra, maka dilakukan penjelasan dan saran terhadap Bagus Eksama Putra dan orang tuanya yaitu Bapak I Gusti Bagus Surama agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang.
Setelah diberikan penjelasan dan saran, ternyata Bagus Eksama Putra bersedia mengurangi makanan yang manis seperti permen, coklat, jelly, snack, dan berjanji tidak mengemut makanan lagi. Dengan adanya kesediaan perubahan kebiasaan dari Bagus Eksama Putra maka terjadi penurunan risiko terjadinya gigi berlubang dari 90,69% menjadi 81,39%.
b. Sampel 2
Nama Anak : I Putu Agus Candra Eka Yadnya
Kelas : 3A
Nama Bapak : I Ketut Sukayadnya
Dengan kebiasaan yang sekarang, maka kemungkinan terjadinya gigi berlubang yang baru pada I Putu Agus Candra Eka Yadnya adalah 93,97%.
Dengan melihat hasil yang sangat tinggi kemungkinan terjadinya gigi berlubang yang baru pada I Putu Agus Candra Eka Yadnya, maka dilakukan penjelasan dan saran terhadap I Putu Agus Candra Eka Yadnya dan orang tuanya yaitu Bapak I Ketut Surayadnya agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya gigi berlubang. Selain itu, disarankan agar gigi yang berlubang segera ditambal atau dicabut jika benar-benar tidak bisa dipertahankan lagi.
Setelah diberikan penjelasan dan saran, ternyata I Putu Agus Candra Eka Yadnya hanya bersedia mengurangi minum softdrink dan mengurangi makanan yang manis seperti permen, coklat, jelly, dan snack. Dengan adanya kesediaan perubahan kebiasaan dari I Putu Agus Candra Eka Yadnya maka terjadi penurunan risiko terjadinya gigi berlubang dari 93,97% menjadi 88,90%.
c. Sampel 3
Nama Anak : Gusti Ngurah Bagus Dwi Lingga D.
Kelas : 3A
Kelas : 3A
Nama Ibu : Gusti Ayu Erawati
Dengan kebiasaan yang sekarang, maka kemungkinan terjadinya gigi berlubang yang baru pada Gusti Ngurah Bagus Dwi Lingga D. adalah 87,51%.
Dengan melihat hasil yang tinggi kemungkinan terjadinya gigi berlubang yang baru pada Gusti Ngurah Bagus Dwi Lingga D., maka dilakukan penjelasan dan saran terhadap Gusti Ngurah Bagus Dwi Lingga D. dan orang tuanya yaitu Ibu Gusti Ayu Erawati agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya gigi berlubang. Selain itu, disarankan agar gigi yang berlubang segera ditambal atau dicabut jika benar-benar tidak bisa dipertahankan lagi.
Setelah diberikan penjelasan dan saran, ternyata Gusti Ngurah Bagus Dwi Lingga D. bersedia mengurangi minum softdrink dan mengurangi makanan yang manis seperti permen, coklat, jelly, dan snack, dan berusaha agar tidak mengemut makanan lagi. Dengan adanya kesediaan perubahan kebiasaan dari Gusti Ngurah Bagus Dwi Lingga D. maka terjadi penurunan risiko terjadinya gigi berlubang dari 87,51% menjadi 71,67%.
d. Sampel 4
Nama Anak : Surya Damayanti
Kelas : 3A
Nama Bapak : Ketut Ariana Putra
Dengan kebiasaan yang sekarang, maka kemungkinan terjadinya gigi berlubang yang baru pada Surya Damayanti adalah 89,49%.
Dengan melihat hasil yang tinggi kemungkinan terjadinya gigi berlubang yang baru pada Surya Damayanti, maka dilakukan penjelasan dan saran terhadap Surya Damayanti dan orang tuanya yaitu Bapak Ketut Ariana Putra agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya gigi berlubang. Selain itu, disarankan agar gigi yang berlubang segera ditambal atau dicabut jika benar-benar tidak bisa dipertahankan lagi.
Setelah diberikan penjelasan dan saran, ternyata Surya Damayanti bersedia mengurangi minum softdrink dan mengurangi makanan yang manis seperti permen, coklat, jelly, dan snack, dan berusaha agar tidak mengemut makanan lagi. Dengan adanya kesediaan perubahan kebiasaan dari Surya Damayanti maka terjadi penurunan risiko terjadinya gigi berlubang dari 89,49% menjadi 81,39%.
e. Sampel 5
Nama Anak : Ni Gusti Ayu Mirah Putricia
Kelas : 3A
Nama Bapak : I Gusti Made Suniata
Dengan kebiasaan yang sekarang, maka kemungkinan terjadinya gigi berlubang yang baru pada Ni Gusti Ayu Mirah Putricia adalah 84,45%.
Dengan melihat hasil yang tinggi kemungkinan terjadinya gigi berlubang yang baru pada Surya Damayanti, maka dilakukan penjelasan dan saran terhadap Surya Damayanti dan orang tuanya yaitu Bapak I Gusti Made Suniata agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya gigi berlubang. Selain itu, disarankan agar gigi yang berlubang segera ditambal atau dicabut jika benar-benar tidak bisa dipertahankan lagi.
Setelah diberikan penjelasan dan saran, ternyata Ni Gusti Ayu Mirah Putricia bersedia mengurangi minum softdrink dan mengurangi makanan yang manis seperti permen, coklat, jelly, dan snack, dan berusaha agar tidak mengemut makanan lagi. Dengan adanya kesediaan perubahan kebiasaan dari Ni Gusti Ayu Mirah Putricia maka terjadi penurunan risiko terjadinya gigi berlubang dari 84,45% menjadi 71,39%.
f. Sampel 6
Nama Anak : Noviana Putri
Kelas : 3A
Nama Ibu : Ni Komang Sadri
Dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan Noviana Putri, maka kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang adalah 91,76%.
Dengan melihat hasil yang sangat tinggi kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang pada Noviana Putri, maka dilakukan penjelasan dan saran terhadap Noviana Putri dan orang tuanya yaitu Ibu Ni Komang Sadri agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang.
Setelah diberikan penjelasan dan saran, ternyata Noviana Putri bersedia mengurangi makanan yang manis seperti permen, coklat, jelly, snack, dan berjanji tidak mengemut makanan lagi. Dengan adanya kesediaan perubahan kebiasaan dari Noviana Putri maka terjadi penurunan risiko terjadinya gigi berlubang dari 91,76% menjadi 85,38%.
g. Sampel 7
Nama Anak : I Gusti Bagus Dody Ariawan
Kelas : 3A
Nama Bapak : I Gusti Putu April Liawan
Dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan I Gusti Bagus Dody Ariawan, maka kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang adalah 90,69%.
Dengan melihat hasil yang sangat tinggi kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang pada I Gusti Bagus Dody Ariawan, maka dilakukan penjelasan dan saran terhadap I Gusti Bagus Dody Ariawan dan orang tuanya yaitu Bapak I Gusti Putu April Liawan agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang.
Setelah diberikan penjelasan dan saran, ternyata I Gusti Bagus Dody Ariawan bersedia mengurangi makanan yang manis seperti permen, coklat, jelly, snack, dan berjanji tidak mengemut makanan lagi. Dengan adanya kesediaan perubahan kebiasaan dari I Gusti Bagus Dody Ariawan maka terjadi penurunan risiko terjadinya gigi berlubang dari 90,69% menjadi 81,39%.
Sampel 8
Nama Anak : Surya Adi Pratama
Kelas : 3A
Nama Bapak : I Wayan Sukana
Dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan Surya Adi Pratama, maka kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang adalah 92,65%.
Dengan melihat hasil yang sangat tinggi kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang pada Surya Adi Pratama, maka dilakukan penjelasan dan saran terhadap Surya Adi Pratama dan orang tuanya yaitu Bapak I Wayan Sukana agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang.
Setelah diberikan penjelasan dan saran, ternyata Surya Adi Pratama bersedia mengurangi makanan yang manis seperti permen, coklat, jelly, snack, dan berjanji tidak mengemut makanan lagi. Dengan adanya kesediaan perubahan kebiasaan dari Surya Adi Pratama maka terjadi penurunan risiko terjadinya gigi berlubang dari 92,65% menjadi 85,39%.
Sampel 9
Nama Anak : Ni Gusti Ayu Trisna Agustina
Kelas : 3A
Nama Ibu : Ni Gusti Ayu Budi Artini
Dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan Ni Gusti Ayu Trisna Agustina, maka kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang adalah 86,69%.
Dengan melihat hasil yang sangat tinggi kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang pada Ni Gusti Ayu Trisna Agustina, maka dilakukan penjelasan dan saran terhadap Ni Gusti Ayu Trisna Agustina dan orang tuanya yaitu Ibu Ni Gusti Ayu Budi Artini agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang.
Setelah diberikan penjelasan dan saran, ternyata Ni Gusti Ayu Trisna Agustina bersedia mengurangi makanan yang manis seperti permen, coklat, jelly, snack, dan berjanji tidak mengemut makanan lagi. Dengan adanya kesediaan perubahan kebiasaan dari Ni Gusti Ayu Trisna Agustina maka terjadi penurunan risiko terjadinya gigi berlubang dari 86,69% menjadi 81,39%.
j. Sampel 10
Nama Anak : George Fernanda
Kelas : 3A
Nama Bapak : I Nyoman Syukur Hady
Dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan George Fernanda, maka kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang adalah 88,79%.
Dengan melihat hasil yang sangat tinggi kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang pada George Fernanda, maka dilakukan penjelasan dan saran terhadap George Fernanda dan orang tuanya yaitu Bapak I Gusti Bagus Surama agar dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kemungkinan risiko terjadinya gigi berlubang.
Setelah diberikan penjelasan dan saran, ternyata George Fernanda bersedia mengurangi makanan yang manis seperti permen, coklat, jelly, snack, dan berjanji tidak mengemut makanan lagi. Dengan adanya kesediaan perubahan kebiasaan dari George Fernanda maka terjadi penurunan risiko terjadinya gigi berlubang dari 88,79% menjadi 81,39%
Secara umum faktor-faktor penyebab risiko terjadinya gigi berlubang (karies) pada murid kelas 3A SD No. 1 Kukuh yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :
a. Suka makan makanan yang manis seperti : permen, coklat, jelly, snack dan yang lainnya serta suka minum softdrink. Kebiasaan sering makan makanan yang manis dan lengket dapat memicu terjadinya gigi berlubang (karies). Sering minum softdrink juga dapat memicu terjadinya gigi berlubang (karies) karena keasamannya dapat menyebabkan mineral gigi mudah larut.
Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu sekitar 30-60 menit. Oleh karena itu konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email (Kidd-Bechal, 1992).
Penyebab karies adalah bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacili. Bakteri spesifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur gigi sedikit demi sedikit. Bakteri pada plak mulai bekerja 20 menit setelah makan (Pratiwi, 2007).
b. Suka mengemut makanan. Makanan yang diemut tentunya akan memperbesar dan memperpanjang proses terjadinya pembusukan makanan di dalam mulut. Ini juga akan menambah waktu kontak makanan dengan gigi sehingga akan menambah risiko terjadinya gigi berlubang (karies).
Semua karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi, tetapi yang paling berbahaya adalah gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja (sukrosa), gula di dalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi. Jumlah gula yang dimakan tidak masalah, yang memegang peran penting adalah lamanya gula berada di dalam gigi. Makanan yang diemut terlalu lama akan mengalami proses pemecahan menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana (gula sederhana) semakin besar.
Selain faktor-faktor di atas, peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak.
Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak.
Proses pelaksanaan instruksi kebersihan gigi dan mulut membutuhkan serangkaian proses yang dapat dimulai dengan mengajarkan dari orangtua atau pengasuh. Teknik penerapan upaya ini sesuai dengan perkembangan kemampuan motorik dan kecerdasan anak. Berbagai sikap dan perilaku anak akan muncul pada saat dimulainya proses ini. Namun demikian anak akan mudah menyesuaikan apabila telah terjalin komunikasi yang interaktif antara anak dengan orang tua atau pengasuh. Proses pembentukan prilaku yang diharapkan memerlukan waktu serta kemampuan dari para orang tua di dalam mengajarkan anak. Oleh karena itu bila pola hidup yang dijalaninya merupakan pola hidup yang sehat maka perilaku yang akan diterapkan di dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutpun merupakan pola hidup yang sehat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa risiko terjadinya gigi berlubang atau karies pada murid kelas 3A SD No 1 Kukuh sangat tinggi. Secara umum hal ini disebabkan oleh 2 faktor utama yaitu :
1. Kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki oleh murid antara lain :
a. Suka makan makanan yang manis seperti : permen, coklat, jelly, snack dan yang lainnya.
b. Suka minum softdrink.
c. Suka mengemut makanan
2. Orang tua yang dapat dilihat dari :
a. Tingkat pendidikan atau pengetahuan orang tua yang nantinya sangat berpengaruh dalam pembentukan prilaku dari orang tua yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak.
b. Peran serta orang tua di dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya.
5.2 Saran
1. Diharapkan adanya perubahan prilaku pada murid kelas 3A SD No 1 Kukuh untuk mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gigi berlubang atau karies.
2. Agar lebih meningkatkan kesadaran dalam hal menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan jalan rajin menggosok gigi minimal 2 kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
3. Agar rutin melakukan kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk mendeteksi adanya kerusakan pada gigi sekaligus mendapat tindakan penanganan selanjutnya.
4 Komentar:
wow keren thanks ya buat gambaran tentang UKGS inovatif irene's Donutnya alnya baru survey ni,,,lam kenal
Okey sama2...
Utk lbh jelasna silakan cari referensi lain,,,
Salam kenal balik,,,
software irene donut bs download dimana
nama alat untuk sample plak apa ya ?
Posting Komentar