Pada umumnya geligi tiruan yang konvensional baik yang
terbuat dari plastik maupun dari kerangka logam, terdiri dari bagian-bagian
penahan, basis, konektor, sandaran dan elemen gigi tiruan.
Penahan
(retainer)
Penahan
(retainer)
merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
memberi retensi dan karenanya mampu menahan protesa tetap pada tempatnya.
Penahan dapat dibagi menjadi dua kelompok.
Pertama,
penahan langsung (direct retainer) yang berkontak langsung dengan permukaan
gigi penyangga dan dapat berupa cengkeram atau kaitan presisi (Suryatenggara et
al., 1991).
Kedua,
penahan tak langsung (indirect retainer) yang memberikan retensi untuk melawan
gaya yang cenderung melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis.
Retensi tak langsung ini diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi
berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Macam-macam bentuk
penahan tak langsung antara lain; sandaran oklusal, dukungan rugae, perluasan
basis/plat (Suryatenggara et al., 1991).
Salah
satu contoh penahan adalah cengkeram, yang juga dikenal dengan istilah
cangkolan, klammer, clasp atau crib. Cengkeram dapat digolongkan berdasarkan
beberapa pertimbangan berikut ini (Gunadi dkk., 1995):
a. Menurut konstruksinya:
- Cengkeram
tuang atau cor (cast clasp)
- Cengkeram
kawat (wrought wire clasp)
- Cengkeram
kombinasi (combination clasp)
b. Menurut
desainnya:
- Cengkeram
sirkumferensial (circumferential clasp atau circumferential type clasp)
- Cengkeram batang
(bar arm atau bar type clasp)
c. Menurut arah
datang lengannya:
- Cengkeram
oklusal (occlusally approaching clasp)
- Cengkeram
gingival (gingivally approaching clasp)
Fungsi
cengkeram:
- Untuk retensi
- Untuk stabilisasi
- Untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
Bagian-bagian cengkeram kawat :
· Lengan, yaitu bagian dari cengkeram kawat
yang terletak/melingkari bagian bukal/lingual gigi penjangkaran. Sifat agak
lentur, berfungsi untuk retensi dan stabilisasi
· Jari, yaitu bagian dari lengan yang terletak
di bawah lingkaran terbesar gigi. Sifat lentur/fleksibel dan berfungsi untuk
retensi
· Bahu, yaitu bagian dari lengan yang
terletak di atas lingkaran terbesar dari gigi. Sifat kaku dan berfungsi untuk
stabilisasi yaitu menahan gaya-gaya bucco-lingual
· Badan/body, yaitu cengekaram kawat
yang terletak di atas titik kontak gigi di daerah aproksimal. Sifat kaku, dan
berfungsi untuk stabilisasi yaitu menahan gaya-gaya antero-posterior
· Oklusal rest, yaitu bagian dari
cengekaram kawat yang terletak di bagian oklusal gigi. Sifat kaku, panjang ±1/3
lebar mesio-distal gigi. Berfungsi untuk meneruskan beban kunyah ke gigi
penjangkaran
· Retensi dalam akrilik, yaitu bagian dari
cengkeram kawat yang tertanam dalam basis akrilik
Syarat-syarat
cengkeram kawat yang melingkari gigi:
· Harus kontak garis
· Tidak boleh menekan/harus pasif
· Ujung jari tidak boleh menyinggung
gigi tetangga dan tidak boleh tajam/harus dibulatkan
· Tidak ada lekukan bekas
tang(luka)pada lengan cengkeram
· Bagian cengkeram yang melalui
oklusal gigi tidak boleh mengganggu oklusi/artikulasi
· Jarak bagian jari ke servikal gigi:
cengkeram paradental:1/2-1 mm cengekeram gingival:1 ½-2 mm
· Bagian retensi dalam akrilik harus
dibengkokkan
Sandaran
(rest)
Sandaran
merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada permukaan gigi penyangga dan
dibuat dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada protesa. Sandaran dapat
ditempatkan pada permukaan oklusal gigi posterior atau pada permukaan lingual
gigi anterior (Suryatenggara et al., 1991).
Supaya bisa efektif, sandaran harus diletakkan pada
permukaan gigi yang sengaja dipreparasi untuk itu. Preparasi tempat sandaran
ini disebut rest seat or recess. Sandaran dapat
ditempatkan pada gigi anterior maupun posterior. Sandaran untuk gigi posterior
dapat berupa sandaran oklusal, sandaran internal, sandaran onlay dan sandaran
kail, sedangkan untuk gigi anterior dapat berupa sandaran singulum, sandaran
insisal, sandaran restorasi, dan bahu lingual sirkumferensial Gunadi dkk.,
1995).
Konektor
(connector)
Konektor
pada tiap rahang dapat dibagi menjadi konektor utama (major connector) dan konektor minor (minor connector), sesuai dengan fungsinya masing-masing (Suryatenggara
et al., 1991).
1.
Konektor
Utama
Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan bagian
protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang ada pada sisi
lainnya.
Supaya dapat berfungsi dengan baik, bagian ini harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut ini. Pertama, konektor harus tegar (rigid), sehingga gaya-gaya
yang bekerja pada protesa dapat disalurkan ke seluruh bagian atau daerah
pendukung. Karena ketegarannya, konektor utama dapat mengimbangi gaya torsional
yang akan disalurkan kepada gigi penyangga sbagai gaya ungkit.
Kedua, lokasinya diatur sedemikian sehingga tidak mengganggu pergerakan
jaringan dan tidak menyebabkan tergesernya mukosa dan gingival. Tonjolan tulang
dan jaringan lunak juga tidak terganggu pada saat geligi tiruan keluar dan
masuk mulut.
Ketiga, bagian perifer konektor utama harus terletak cukup jauh dari tepi
gingival, sehingga tidak menekan atau menggeser jaringan ini. Tepi batang
lingual paling sedikit harus terpisah 3 mm dari tepi gingival
Keempat, kontur bagian perifer konektor harus dibentuk membulat dan tidak
tajam, sehingga tidak mengganggu lidah atau pipi.
2.
Konektor
Minor
Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan konektor
utama, dengan bagian lain, misalnya suatu penahan langsung atau sandaran
oklusal dihubungkan dengan konektor utama melalui suatu konektor minor. Fungsi
konektor minor adalah menyalurkan tekanan fungsional atau kunyah ke gigi
penyangga. Gaya oklusal atau kunyah yang diterima protesa diteruskan ke basis
melalui sandaran oklusal, lalu kemudian ke gigi penyangga. Selain itu, konektor
minor juga berfungsi untuk menyalurkan efek penahan, sandaran dan bagian
pengimbangan kepada sandaran. Efek ini disalurkan ke sandaran oleh konektor
minor, kemudian ke seluruh lengkung gigi.
Elemen Gigi
Tiruan (Anasir Gigi)
Elemen
gigi merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang berfungsi
menggantikan gigi asli yang hilang. Seleksi gigi tiruan kadang-kadang merupakan
tahap yang cukup sulit dalam proses pembuatan protesa, kecuali pada kasus masih
ada gigi asli yang bisa dijadikan panduan atau mungkin sudah dilakukan rekaman
pra ekstraksi gigi (pre-extraction record). Walaupun demikian, seleksi
ukuran dan bentuk sering pula menjadi sulit karena ruangan yang tersedia sudah
tak sesuai lagi, misalnya karena migrasi atau rotasi gigi tetangga. Dalam
seleksi elemen ada metode untuk pemilihan gigi anterior dan posterior serta
faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu ukuran, bentuk, tekstur permukaan,
warna dan bahan elemen (Suryatenggara et al., 1991).
Basis Geligi
Tiruan (Saddle)
Basis geligi tiruan sering disebut juga
dasar atau sadel, merupakan
bagian yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang dan berfungsi
mendukung gigi (elemen) tiruan. Basis geligi tiruan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu; (1) basis dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle) dan (2)
basis dukungan jaringan atau kombinasi atau berujung bebas (free end)
(Suryatenggara et al., 1991).
Adapun fungsi
basis geligi tiruan :
1. Mendukung gigi (elemen) tiruan.
2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung,
gigi penyangga, atau lingir
sisa.
3. Memenuhi faktor kosmetik
4. Memberikan stimulasi pada jaringan berada
di bawah dasar geligi tiruan, yang sering juga disebut sebagai jaringan sub
basal. Pada saat berfungsi , yaitu pemakaian protesa dukungan gigi maupun
jaringan akan terjadi pergerakan vertical karena adanya pergerakan fisiologik
gigi penyangga dan jaringan. Gerakan-gerakan seperti ini menyebabkan jaringan
yang berada di bawah protesa seolah-olah dipijat-pijat.
5. Memberikan retensi dan stabilisasi kepada
geligi tiruan.
Tahapan
Pembuatan Desain
Prinsip
pembuatan desain geligi tiruan , baik yang terbuat dari resin akrilik maupun
kerangka logam tidaklah terlalu berbeda. Dalam pembuatan desain dikenal empat
tahap yaitu (1) tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak
bergigi, (2) tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel, (3) tahap
III: menentukan macam penahan, dan (4) tahap IV: menentukan macam konektor
(Gunadi et al., 1995).
1. Menentukan Klasifikasi Daerah Tak Bergigi
Daerah
tak bergigi pada suatu lengkungan gigi dapat bervariasi, dalam hal panjang,
macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini mempengaruhi rencana pembuatan desain
geligi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor, maupun dukungannya (Gunadi et
al., 1995).
Rincian Klasifikasi Kennedy adalah sebagai
berikut.
Kelas I : daerah tak bergigi terletak di bagian
posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada ke dua sisi rahang
(bilateral).
Keadaan
ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun
kehilangan gigi.
Secara klinis, dijumpai keadaan
sebagai berikut:
1. Derajat resorpsi residual ridge bervariasi
2. Tengang waktu pasien tak bergigi akan mempengaruhi
stabilitas geligi tiruan yang akan dipasang
3. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior sudah
biasanya sudah mengecil
4. Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam
berbagai posisi.
5. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
6. Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya
sekitar 6-10 gigi
7. Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi protesa : protesa lepasan, dua
sisi dan dengan perluasan basis ke distal.
2. Desain
Dasar
desain ini adalah untuk mengurangi beban, membagi beban antara gigi dan ridge,
dan membagi beban seluas-luasnya.
Prinsip desain Kennedy kelas I salah satunya adalah membagi
beban antara gigi dan ridge. Pada kasus ini digunakan klamer 2 jari dan mesial
rest pada gigi 35 dan 45. Penggunaan klamer 2 jari dan mesial rest ini
berfungsi untuk sebagai retensi untuk mencegah terlepasnya GTSL dan juga untuk
meneruskan beban kunyah ke mukosa (Mc Givney, 1994).
Desain utama basis GTSL yang digunakan pada rahang bawah adalah
GTSL tooth and mucosal borne dengan basis resin akrilik. Pada basis GTSL
rahang bawah ini dibuat tambahan bilateral saddle pada bagian posterior gigi 35
dan 45. Fungsi saddle adalah untuk retensi dan untuk meneruskan beban oklusal,
selain itu juga untuk menutup defek jaringan di bawahnya. Saddle juga mencegah
terungkitnya GTSL saat menerima beban kunyah. Selain saddle pada bagian
posterior, juga dibuat peninggian plat akrilik sampai setinggi cingulum pada
gigi anterior. Peninggian plat akrilik pada bagian anterior berfungsi untuk
meratakan beban kunyah ke mukosa dibawahnya. Anasir gigi tiruan yang digunakan
yaitu pada gigi 36, 37, 38, 46, 47 dan 48. Anasir gigi yang dipilih berbahan
akrilik agar dapat melekat secara kimia pada saddle yang juga berbahan akrilik.
Gigi tiruan berujung
bebas (distal extension) mempunyai lebih banyak masalah dibandingkan
dengan gigi tiruan sebagian lepasan bersandaran ganda (all tooth
supported). Klasifikasi Kennedy maupun klasifikasi Soelarko yang
berdasarkan topografi daerah tidak bergigi memasukkan daerah tidak bergigi
berujung bebas sebagai kelas yang pertama (Kelas-1) (Giffin, 1996; Keng , 1996;
Navas dan del Campos, 1993; Boucher dan Renner, 1982; Henderson dan Steffel,
1973;). Hal ini menunjukkan bahwa gigi tiruan berujung bebas lebih banyak
mempunyai masalah–masalah yang memerlukan penanganan istimewa. Masalah utama
pada gigi tiruan ujung bebas ialah gigi tiruan tidak stabil. Gigi tiruan yang
tidak stabil dapat menyebabkan resopsi lingir alveolar berjalan lebih cepat,
atau ungkitannya dapat menimbulkan kelainan periodontal pada gigi kodrat yang
dipakai sebagai sandaran. Menurut Wyatt (1998) pemakaian gigi tiruan berujung
bebas selama 5 tahun sudah dapat menyebabkan masalah oklusi sebagai akibat
adanya resorpsi lingir.
4 Komentar:
gan , ada pembahasaan retensi dalam akrilik lebih rinci nggak? kalo ad, upload dunk,
thanks,from "Neos"
Salam kenal...
sory gan blm dpt,, coba cari langsung di diktat atau referensinya,,
Halo boleh minta daftar pustakanya kak? Terima kasih
Halo boleh minta daftar pustakanya kak? Terima kasih
Posting Komentar