Manifestasi Oral HIV/AIDS

3 Komentar

Sekilas Tentang HIV/AIDS
           Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV (Scully dan Felix, 2005).
HIV pertama kali ditemukan oleh sekelompok peneliti yang dikepalai oleh Luc Montagnier pada tahun 1983, merupakan virus RNA diploid berserat tunggal (single stranded) berdiameter 100-120nm. HIV memiliki enzim reverse transcriptase, yang mampu mengubah RNA menjadi DNA pada sel yang terinfeksi, kemudian berintegrasi dengan DNA sel pejamu dan selanjutnya dapat berproses untuk replikasi virus.
Manifestasi Oral pada Pasien AIDS
           Pasien yang terinfeksi HIV juga memperlihatkan manifestasi klinis di rongga mulutnya, yang dapat menunjukkan tanda awal dari infeksi HIV. Ada banyak pendapat mengenai pengklasifikasian manifestasi rongga mulut, diantaranya EC-Clearinghouse yang membagi klasifikasi lesi oral yang berhubungan dengan infeksi HIV menjadi tiga grup:

Grup I : Lesi yang sering muncul pada infeksi HIV
- Kandidiasis
o Erytematous
o Pseudomembranous
- Oral Hairy Leukoplakia
- Linear Gingivitis Erythema
- Necrotising (ulcerative) gingivitis
- Sarkoma Kaposi
- Non-Hodgkin’s Lymphoma

Grup II : Lesi yang kadang muncul pada infeksi HIV
- Bacteria infection
o Mycobacterium avium intercellulare
o Mycobacterium tuberculosis
- Melanotic Hyperpigmentation
- Necrotising (ulcerative) stomatitis
- Penyakit kel.saliva
o Mulut kering akibat berkurangnya suplai saliva
o Pembengkakan unilateral atau bilateral dari kel.saliva mayor
- Trombositopenia purpura
- Ulcerasi NOS (Nor Otherwise Specified)
- Infeksi virus
o Virus herpes simpleks
o Human Papilloma Virus (HPV)
o Condyloma acuminatum
o Verruca vulgaris
- Varicella –Zoster virus

Grup III : Lesi yang jarang muncul pada infeksi HIV
o Infeksi bakteri
o Actinomyces israelii
o Escherchia coli
- Epitheloid (bacilary) angiomatosis (cat-strach disease)
- Reaksi obat (ulcerative, erythema multiforme, dll)
- Infeksi jamur selain kandidiasis
- Neurologic disturbances
- Recurrent Apthous stomatitis
- Infeksi virus
o Cytomegalovirus
o Molluscom contagius

1. Candidiasis
           Candida adalah jamur flora normal yg terletak di mukosa rongga mulut yang akan berubah menjadi patogen apabila sistem kekebalan tubuh host menurun, pada penderita yang sedang menjalani terapi immunosuppressive. Infeksi candidiasis didominasi oleh Candida albicans. Candidiasis merupakan lesi di dalam mulut karena infeksi HIV dan dijumpai 90 % pada penderita AIDS. (Kumala dkk., 2002).
           Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Kandida sp, dimana Kandida albikan merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida.11 Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C. albicans, C. tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.
           Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita. Meningkatnya prevalensi infeksi Kandida albikan ini dihubungkan dengan kelompok penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani transplantasi dan kemoterapi maligna. Odds dkk. ( 1990 ) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah penderita kandidiasis.

2.  Oral Hairy Leukoplakia
            Oral Hairy Leukoplakia (OHL) adalah suatu bercak putih, permukaannya kasar, bervariasi mulai dari lapisan vertikal sampai plak keriput. Saat mulut dalam keadaan kering akan tampak berbulu “hairy”. Lesi ini biasanya bilateral pada bagian ventrolateral lidah atau menyerang pada permukaan dorsal lidah, mukosa bukal, dasar mulut, area retromolar, dan palatum molle. Karakteristik yang paling khas adalah proyeksi seperti-jari yang tersebar dari dasar lesi (Kumala dkk., 2002).
             OHL adalah lesi mulut yang merupakan indikator dari infeksi HIV stadium lanjut dan merupakan tanda patognomotik dari AIDS. OHL ini dapat dijumpai pada semua penderita dari berbagai golongan resiko. Secara klinis OHL tampak sebagai lesi putih, tidak dapat dilepas, terutama mengenai sisi lateral dan ventral lidah, namun terkadang mengenai permukaan mukosa lainnya. Bentuk lesi yang seperti rambut disebabkan karena hiperplasia epitel yang padat dan dapat mempunyai panjang sekitar 1 cm. Infeksi ini dapat ditumpangi oleh jamur kandida dan biasanya asimtomatik.

3. Sarkoma Kaposi
             Sarkoma Kaposi adalah neoplasma di jaringan ikat dan seringkali terkait dengan AIDS. Sarkoma Kaposi disebabkan oleh virus yang dulu bernama KS-herpes virus, tapi sekarang bernama Human Herpes Virus-8 (HHV-8). Transmisi melalui kontak sesksual, melalui ibu kepada anaknya. Pada tahap awal, Sarkoma Kaposi berupa makula berwarna merah-keunguan pada mukosa mulut, tidak sakit,tidak memucat saat dipalpasi. Lesi ini berkembang menjadi nodul dan membingungkan antara kelainan pada mulut yang berhubungan dengan vaskularisasi seperti hemangioma, hematoma, varicosity, dan pyogenic granuloma (jika terjadi pada gingiva). Lesi ini muncul pada mukosa rongga mulut terutama pada mukosa palatal dan gingival. Dalam infeksi HIV, lesi ini lebih sering ditemukan pada pria. Kaposi’s Sarcoma ditemukan pada penderita HIV (Kumala dkk., 2002).


4. Penyakit Periodontal
              Besar hubungan  antara penyakit periodontal dengan gigi pada penderita HIV. Terdapat bukti menunjukkan bahwa penyakit HIV biasanya terjadi pada penggunaan jarum suntik intravena (IV). Hal ini berhubungan dengan buruknya kebersihan mulut dan kurangnya perhatian pada kesehatan rongga mulut sehingga memicu (Kumala dkk., 2002).
              Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, dengan tanda klinis gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah. Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau disebut periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku (poket) yang akan bertambah dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Bila penyakit ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat maka lama kelamaan gigi akan longgar dan lepas dengan sendirinya. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi yang tinggi di Indonesia. Bahkan di Amerika dan Jepang, perhatian dokter gigi mulai beralih lebih kepada penegakan diagnosis penyakit periodontal daripada karies.

5. Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP)
             Nekrosis, ulserasi, merupakan bentuk dari periodontitis yang tumbuh cepat secara progresif pada penderita HIV. NUP dapat digambarkan sebagai pemanjangan proses dari NUG dimana dalam keadaan ini terjadi lepasnya tulang alveolar, kehilangan perlekatan jaringan periodontal. Ciri-ciri NUP: nekrosis jaringan lunak, destruksi jaringan periodontal, dan lepasnya jaringan tulang interproksimal. Pada individu imunokompeten, kerusakan jaringan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terjadi, namun hanya terjadi dalam beberapa bulan pada penderita yang terinfeksi HIV , jika tidak dilakukan perawatan yang tepat. Kehilangan tulang secara cepat ini juga cenderung terjadi pada individu berusia muda. Penderita kadang-kadang langsung mengalami lesi nekrosis, tidak ada rasa nyeri, terdapat lubang dalam yang sulit dibersihkan, yang merupakan tanda terjadinya periodontitis konvensional. Terdapat pembentukan poket karena hilangnya jaringan lunak ataupunjaringan keras. Destruksi jaringan dapat meluas sampai ke muco-gingival junction (Anonim, 2008).

3 Komentar:

surya mengatakan...

Pak de..Tuker Link..
http://rahasiakuya.blogspot.com/

suryadi ajuzz

Unknown mengatakan...

Oke bos,, http://parwica.blogspot.com

Unknown mengatakan...

sangat bermanfaat......tmks

Posting Komentar